Label

Minggu, 07 April 2013

cerpen pertama









Hai kawan, namaku Elang, lengkapnya Elang Nugraha Adi Putra. Dalam hidupku, ada sepenggal kata yang tak bisa aku lepaskan dan selalu melekat dalam relung jiwaku. Apa kalian tahu apa itu? Itu adalah IMPIAN.
                                                 
Menurut pandanganku, impian adalah obor yang sengaja dihadirkan Allah untuk seluruh jiwa yang ia ciptakan. Impian mampu membakar semangat juang  pada diriku, ”Kesuksesan bukan diraih dengan angan-angan, tapi dunia ditaklukan karena perjuangan”. Itulah prinsipku
Karena impianlah aku dapat meraih beasiswa di Universitas Ottawa, Canada. Hingga aku bisa meraih gelar doktor di bidang pengembangan sumber daya manusia dan menjadi seorang motivator muslim termuda di dunia. Hingga aku dapat pergi ke berbagai Negara, melihat panorama yang indah dan bisa mengamati kebudayaan di berbagai Negara di dunia. Semua itu bisa ku dapat  karena sebuah impian. Huhf, kenikmatan yang aku dapat, dan kini ku hidup dalam impianku.
Semua kisah tentang mimpiku, berawal ketika aku menuntut ilmu di sebuah sekolah yang bernama pondok pesantren Darunnajah. Kumulai bermimpi menjadi manusia seperti nabi  Muhammad SAW. Ia adalah seorang yang paling dicintai tuhannya, menjadi orang nomor satu, dan tokoh paling berpengaruh untuk dunia menurut Michael Heart (seorang penulis Barat). Karena kegigihannya menegakkan kebenaran tak sedikit pun para pengikutnya setia  hingga sekarang. Aku pun mulai memutar otak bagaimana memulai langkah untuk menjadi seperti beliau. Secercah harapanku terbuka, kuputuskan untuk menghampiri Ustadz Jalal dan menanyakannya. Beliau adalah ustadz lulusan Al-Azhar Mesir, sekaligus pimpinan pondok ini.
Tak mau aku berlama- lama menunggu, langsung ku datangi beliau.
“Apakah saya bisa menjadi seseorang yang berguna bagi agama ini?”. Tanyaku
“Kamu ingin menjadi manusia yang berguna bagi agamamu?”. Beliau balik bertanya.
“Ya!”.
“Apa kamu bersungguh-sungguh, Nak?”.
“Ya!”.
“Apa kamu meyakini ayat-ayat Al-qur’an?”.
“Saya yakin”.
“Sebenarnya Allah telah memiliki jawaban atas pertanyaanmu, sekarang kamu ambil wudhu lalu buka surat al-imran ayat 159”.
Karena wudhuku belum batal, Aku segera bergegas membuka Al-qur’an, lalu kumemulai bacaanku dalam surat al-imran ayat 159 ”jika engkau telah bertekad, maka tawakallah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal”.
Itulah mimpi pertamaku. Dan sekarang setelah sekian lama aku meninggalkan kampung halaman, ingin rasanya aku pulang ke Indonesia. Tahun 2010 kuputuskan untuk pergi ke rumahku, Ponorogo Jawa Timur. Namun setelah beberapa hari di rumah, batinku mulai merasakan kerinduan kepada seseorang yang sangat berarti dalam hidupku,. ustadz Jalal. Akhirya tak lama setelah itu kupergi ke Madiun untuk menuju Tanah Abang dan nantinya  berujung di Bogor. Tempat dimana pondokku berada, ada kisah menarik ketika dalam perjalanku, menuju impianku.
….andi.jpegandi.jpegandi.jpeg….


 Stasiun ini bagiku adalah satu-satunya stasiun terindah yang pernah kusinggahi, di dalamnya tergantung rapih layar-layar tipis yang menampilkan informasi keberangkatan kereta dan terkadang diselingi oleh iklan “cola-cola” dan senyum Asmirandalah sebagai iconnya, hah, sangat cantik. Kursi-kursi besi berderet dan tertata rapih, terkadang setengah isi, setengah kosong oleh manusia-manusia yang tak pernah lelah berjuang untuk impiannya. Aku sangat menyukai tempat ini, Sangat sempurna untuk memacu semangatku kembali.
            Stasiun Madiun Jawa Timur, yah,,, Setidaknya begitulah kabar yang kudapat tentang stasiun ini. Dari sosok yang selama lima belas tahun terakhir menekuni profesinya sebagai ojek sepeda motor. Menurutnya itu adalah pekerjaan yang mulia. Karena tujuanya bukan hanya mendapatkan upah saja dari penyewanya, akan  tetapi jika di iringi dengan niat membantu sesama manusia. Dan sekarang, apa kau tahu kawan, sosok itu ada disampingku, berdiri dengan jaket hitam khas tukang ojeknya, sebuah konsistensi yang membingungkan.
            Arep neng endi mas?”. Dia bertanya padaku tanpa mengawalinya dengan basa basi, payah.
            “Saya mau ke stasiun Tanah Abang mas, abis itu ke Bogor”. Jawabku.
            “Oh, gitu toh, jenenge sopo mas?”. Lagi-lagi dengan logat Jawanya yang sangat kental.
            “Elang mas”. Jawabku datar.
            Lho kok seperti nama burung mas!”. Sindirnya heran.
            “Iya mas, betul itu, saya burung yang terbang tanpa mengenal rasa lelah dan terus mengejar impiannya” Jawabku tinngi, karena bagiku namaku adalah nama yang paling bagus,  yah setidaknya menurut pendapatku lah.
            “Iya-iya saya percaya koq, wong wajah situ mirip sama burung, hehe, tadi mas bicara  impian ya, mas tau ndak, stasiun kami ini, juga di bangun dari mimpi lho mas! “ jawabnya kritis juga sangat responship, saat kuucapkan kata-kata saktiku padanya, dari sini kumulai tertarik padanya.
            “Ah masa?, mimpi siapa mas?.
            Mimipi seluruh warga Madiun!”. jawabnya dengan penuh rasa bangga, seperti seorang Sallesman Multilevel Marketing, yang sedang menawarkan produk dagangannya, sangat bersemangat. Hah!!
            Ayo sekarang coba mas, tengok kesana!, ayo cepat!”. sambil menunjukan jarinya dan kulihat ia menunjuk ke arah tugu yang menandakan ada sebuah pabrik kereta api disana, akupun tahu itu adalah pabrik kereta api terbesar di Asia, tepat di depan stasiun. Kutatap tugu itu, kuarahkan seluruh pandanganku.
                                                                                                                       
            “Benar-benar sebuah expresi keindahan sebuah impian”. Aku terkagum- kagum melihat bentuk tugu yang begitu sangat mencerminkan semangat akan terwujudnya sebuah impian bangsa dan penduduk di dalamnya.
“Itu adalah simbol impian kota ini mas”.  Jawabnya.
            “Ya, saya percaya mas”. Tanggapku mengiyakan.
            Nah sekarang mas coba menghadap kesebelah kiri, ayo cepat mas!”. Perintahnya.
Kulakukan apa yang lelaki itu perintahkan, sial, layaknya seseorang yang  terhipnotis oleh seorang hipnoter yang sudah berpengalaman selama berpuluh-puluh tahun lamanya, dan akhirnya kuarahkan tubuhku, namun pandanganku terhalang oleh sesosok makhluk berjaket hitam  itu. Lagi?
            “Apa yang mas lihat?”. Tanyanya.
            “Saya hanya melihat tubuh seorang lelaki tampan, berjaket hitam, berjanggut tipis, berkumis halus, dan juga berwajah khas Jawa yang dari tadi sangat terobsesi dengan impian”. Paparku panjang.
            “Haha,,, maksud mas opo toh?”. Jawabnya dengan diiringi gelaktawa.
            “Maksudku ya sampeyan mas!” jawabku ketus.
            Hehe, saya terima mas pujiannya, sebenarnya saya hanya ingin membuktikan, bahwa mimpi itu pasti jadi kenyataan mas”. Jelasnya.
            “Saya masih belum faham maksud mas”. Jawabku.
            “Gini lho mas, ada sebuah cerita, Saya punya orang tua, mimpi kedua orang tua saya itu, ingin memiliki seorang anak laki-laki, akhirnya dengan usaha yang keras dan diiringi ribuan doa, maka terlahirlah saya ini. Setelah itu, orang tua saya belum juga puas, mereka juga punya impian lain mas, kepingin melihat  anaknya bisa mendapat pekerjaan yang halal, dan buktinya mas , mas bisa lihat sendiri pekerjaan saya apa sekarang, iya toh, artinya mimpi kedua orang tua saya tercapai mas!” jelasnya. 
            “iya, mas benar, sangat-sangat masuk akal” kuakui ia memang benar.
Aku mulai termenung dalam khayalku, cahaya mulai menerangi perjalananku menuju impianku, impian yang selama ini kuperjuangkan dengan sebuah keteguhan hati, kesabaran dan ketawakalan kepada sang ilahi rabbi, akhirnya kubertemu dengan orang aneh itu, yang tiba-tiba menyadarkanku akan kehadiran sebuah impian di dalam diri setiap insan. Alhamdulillah,  kuyakin ini semua karena karuniamu ya Allah, sehingga kau pertemukan aku dengan makhluk berjaket hitam itu. Hufh, sekarang sebuah prinsip baru telah aku temukan it is, there is will, there is way dude ,hahaha, ok Elang keep your spirit, hmm, hari kelam dalam jiwaku yang terang.
….andi.jpegandi.jpegandi.jpeg….

            Pengumuman-pengumuman, untuk para penumpang kereta api executive jurusan Tanah Abang akan segera datang dari arah timur. Harap untuk bersiap-siap dan perhatikan keselamatan. Dan dimohon untuk menjauhi area jalur laju kereta api, terima kasih” akhirnya ku mendengar kereta api yang selama ini kutunggu-tunggu dan akhirnya kerata itu tiba di depan mataku. Hufss,,, lega rasanya bisa melihat sesuatu yang telah kita nanti. Tetapi ada perasaan yang mengganjalku sekarang, sesaat lagi kuakan berpisah dengan makhluk aneh berjaket hitam itu, Tuhan, semoga nanti kubisa kembali bertemu denganya.
            Mas Elang, itu keretanya sudah mau berangkat,  jangan melamun terus toh mas,  ndak baik  buat kejiwaan, hehe”. Tegurnya.
            ”Iya mas terima kasih”. Jawabku. Lalu tiba-tiba dari kejauhan, ya tuhan! aku melihat seorang wanita cantik melambaikan tangannya sambil tersenyum kearahku, tanpa ragu, kubalas dengan dengan senyum termanisku, karena menurutku jarang wanita yang langsung melakukan hal yang seberani itu kepada lelaki yang belum dikenalnya.
            Mas lihat disana ada wanita cantik tersenyum ke arah saya, suatu saat nanti saya harus mendapatkan hatinya mas”, Jawabku.
            “Oh, wanita itu, kamu suka sama dia?”.
            “sepertinya begitu mas, cinta pada pandangan pertama”, Jelasku.
            ”Tapi sepertinya dia melambaikan tangannya kearah saya mas, coba mas dengar, dia memanggil siapa?!”, jawabnya. Memang kulihat dia melambaikan tangannya ke arah kami berdua, dan aku yakin tidak mungkin dia melambaikan tangannya ke arah makhuk aneh berjaket hitam ini, tapi samar-samar kudengar wanita cantik itu meneriakan sesuatu dan perasaanku sepertinya mulai tak enak seketika, namun suara itu sudah mulai jelas.
            “Ayah aku sudah datang!”, Teriaknya.
            “Iya nak, nanti ayah kesana!”, Jawab makhluk berjaket hitam itu. Seketika itu, aku pun lemas, tak berdaya, ternyata wanita itu adalah anak makhluk berjaket hitam ini, unbeliveble .
            Mas Elang saya mau mengantar anak saya pulang dulu ya, nanti tak sampaikan salam sampeyan sama anak saya, hehe”.
            Monggo mas silahkan”, Jawabku malu setengah mati. gila!
            “Oh iya mas Elang, saya doakan impian mas cepat di kabulkan sama yang maha kuasa”.
            “Amien, terima kasih ya mas, mas sudah mau menemani saya ngobrol disini, saya senang bisa mengenal mas”. Jawabku gembira.
            “Iya sama-sama, saya juga terima kasih mas, sudah mau berkenalan dengan seorang tukang ojek seperti saya ini”.
            “Allah tidah melihat seseorang hamba dari profesinya mas, tapi dari apa yang ada dalam hatinya, saya harap mas bisa meraih kesuksesan hidup dan oh iya  satu lagi, tetap semangat!”.
            “insya Allah pasti mas”.
Iapun pergi meniggalkan kenangan untukku, sebuah kerja keras, keuletan, keikhlasan dan kesabaran. kejadian ini mengingatkanku pada kalam-Nya dalam Al-qur’an:” menyebarlah kalian di muka bumi dan carilah sebagian dari karunia Allah,dan perbanyaklah mengingatnya agar kalian beruntung”. Dan setelah itu ketenangan mulai merasuki batinku saat kuyakini ayat yang berbunyi ”sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”. Kupasti akan merindukanmu lelaki berjaket hitam, tapi, oh tuhan, aku lupa menanyakan namanya, bodoh !”.
….andi.jpegandi.jpegandi.jpeg....
            Sahabat, hujan mengiringi kepergianku meninggalkan stasiun yang penuh kenangan ini. Aku bertemu dengan mahluk berjaket hitam yang sangat bersahabat, kemudian kubertemu wanita yang bisa menggetarkan hatiku dengan senyumnya, dan matanya, matanya seakan memancarkan gelombang cinta yang begitu dalam, sehingga jiwaku lemas karenaya, aku sempat berfikir, jika aku sorang penulis seperti Andrea Hirata mungkin bukan “laskar pelangi” yang aku buat saat ini, akan tetapi kuakan membuat sebuah buku berjudul “kulihat cinta di matamu” atau mungkin ” bidadari stasiun kereta” atau bahkan “cinta tak memilihku” atau yang lebih parah lagi “makhluk aneh berjaket hitam”. Hiii, malah lebih mirip cerita horror ketimbang cerita cinta,whatever you are.
            Sifat kemanusiawianku akhirnya keluar, rasa lelah yang selama ini ku tahan, tak bisa terelakan, angin berhembus lembut, cuaca sejuk menyelimuti, seakan-akan suasana sangat mendukungku untuk mengistirahatkan sejenak raga ini. Kupejamkan kedua bola mataku, kusandarkan kepalaku, kupanjatkan doa kepada sang pencipta , selamat tidur kawan, semoga kau bisa memimpikan impianmu, ya Allah lindungilah aku dalam lelapku.
….andi.jpegandi.jpegandi.jpeg....
            Gemercik hujan dilangit Semarang, yang menyelinap masuk melalui sudut jendela kereta yang terbuka, dan kini telah membangunkanku. Kugerakan tubuhku, kuusap kaca jendela yang tertutupi oleh embun hujan dan subhanallah, mulai kulihat pesona keindahan alam, di daratan sang garuda, waktu menunjukan pukul lima belas tiga puluh waktu setempat, saat yang tepat untuk melihat keindahan pesona nusantara, akan tetapi khayalku berujung pada sebuah pertanyaan, sampai kapan semua ini kan bertahan?. Mungkin seratus tahun yang akan datang pegunungan itu sudah tidak berwarna hijau lagi, berubah coklat, karena pohon yang mereka miliki telah habis di rusak oleh makhuk bernama MANUSIA, mungkin sawah yang saat ini kulihat, akan menjadi sebuah real estate para kalangan elite yang tak pernah puas menimba kekayaan, atau bahkan situasi ini hanya akan bertahan selama dua tahun kedepan, karena menurut isue saat ini kiamat terjadi pada tahun “dua ribu dua belas” nanti, tapi pada hakikatnya kiamat bisa saja terjadi lebih cepat karena semua itu adalah kekuasaannya, karena Allah telah berfirman”kun fayakun”  ketika Allah berkehendak , tak ada yang bisa mengelak, kita memang tak bisa mengingkari bahwasanya seluarbiasa apapun seorang manusia, tetap saja manusia lemah dihadapan tuhannya.
            Allah hu akbar Allah hu akbar, alarm di ponselku berbunyi, menandakan sebuah peringatan bahwa saat ini, telah masuk waktu shalat Ashar, waktu yang sangat kurindukan, saat dimana aku akan mengadu kepada dzat yang menciptakan ku, yang mengabulkan setiap doaku, dan selalu mengasihiku. Kubergegas menuju toilet yang di sediakan kereta, biasanya berada di ujung setiap gerbong, kuputar keran, dan mulai kubasuh kedua tanganku hingga sampailah pada rukun wudhu terakhir yaitu kedua kakiku. Aku kembali ke tempat duduk yang telah beberapa saat kutinggalkan, dan ternyata ada seorang wanita separuh baya duduk mengisi bangku yang kosong di sebelah tempat duduku, hmm apa akan ada sejarah baru dalam kehidupanku, karena pertemuanku dengan wanita separuh baya ini?, dan akhirnya kembali kulangkahkan kakiku setelah beberapa saat terhenti.
            “Permisi bu,”.
            “Silahkan mas, mas hendak shalat ya?”.
            “Iya bu, itu sudah menjadi kewajiban saya”.
            “Oh ya sudah kalau begitu, ibu juga mau shalat, kamu jadi imam ibu ya?!”.
            “Oh, ya sudah, mari bu!”.
Baru pertama kali, aku menjadi imam di sebuah kereta, hah, pengalaman yang unik, aku melaksanakan shalat dengan sekhusuk mungkin, karna aku tak ingin shalatku hanya lewat begitu saja tanpa berpengaruh pada keimananku, seusai shalat wanita separuh baya itu mulai mengarahkan pandangannya ke arahku.
            “Hendak pergi kemana bu?”.
            “Saya dari Surabaya mau ke Jogja mas, niatnya mau melihat cucu saya, soalnya menantu saya baru saja melahirkan.”.
            “Wah , selamat ya bu”.
            “Iya terimakasih mas, saya sudah lama bermimpi dapat mengendong seorang cucu sebelum saya meninggal,  Alhamdulillah kanjeng gusti mengabulkan doa saya mas”.
            “Iya bu, Allah pasti mengabulkan setiap doa hambanya”.
            “Benara mas, kalau boleh tahu mas mau kemana toh?”.
            “Oh saya sedang menuju impian saya bu!”, Jawabku tersenyum.
            Ih, si mas bisa saja, memang impian mas apa?, biar saya bantu mendoakan, supaya cepat terkabul!”.
            “sebenarnya, saya ingin mengabdikan diri saya pada pesantren, dimana dulu saya menimba ilmu, tempat dimana saya di besarkan, tempat dimana pertama kali saya mengenal impian bu, itu impian tertinggi saya,  yang ingin saya capai sebelum saya menghadap tuhan”.
            Subhanallah, saya ndak menyangka lho mas, masih ada orang di zaman sekarang, yang masih punya impian semulia itu, tapi pasti rintangannya berat biasanya!”.
            “ pasti bu, itu resiko yang harus saya jalani, dan saya yakin keputusan apapun yang saya pilih pasti harus butuh pengorbanan,  perjuangan, dan kesabaran dalam menjalaninya ”.
            “Iya mas harus tetap semangat yo ,jangan sampai putus di tengah jalan”. Harapnya.
            “minta doanya saja bu!”.
            “iya ibu doakan, pasti ibu doakan kok ndok, oh iya bu lupa, mas jenenge sopo toh? dari tadi ngobrol tapi belum tahu nama,hehe”.
            “Nama saya Elang bu, Elang Nugraha Adi Putra, ibu sendiri?”.
            “Namaku, ibu Sulastri mas Elang”.
            “Namanya cantik, secantik yang punya nama!”.
            “Mas Elang Ibu sudah tua , sudah tak pantas lagi digodain sama kamu haha”.
            “Ibu bisa saja”.
            “ Ya sudah kamu istirahat lagi saja sana!, ibu mau jalan-jalan dulu sebentar, pusing kalau terlalu lama duduk, maklum sudah tua “.
            “iya bu monggo silahken”. semoga kita bisa bertemu lagi, bu sulastri, sekalipun hanya dalam mimpiku.

….andi.jpegandi.jpegandi.jpeg....
Malam menyelimuti langit sang garuda, mata tajamnya tetap memandang kearah matahari terbenam, kepalanya masih condong pada kebenaran, sayapnya tetap kokoh tak tergoyahkan, tapi sang garuda kini mulai menangis dalam kesendirianya, menagisi tanah yang dibelanya. Dulu orang-orang selalu mengagungkan sosoknya, tapi sekarang tidak sedikit yang hanya menjadikannya sebuah pajangan, air mata sang garuda pun kian tak kuasa meratapi tanah yang dibelanya, keadaan negeri ini sangat tragis, belum selesai masalah kemiskinan dan kebodohan yang tak terselesaikan, sekarang harus menghadapi berbagai musibah, apakah mungkin kita kurang bersyukur?!, atau mungkin alam sudah enggan bersahabat dengan kita?!. Detik ini, dan saat ini, aku bersama para penumpang lainnya dikejutkan oleh hujan aneh yang menyelimuti langit Jogja dan Magelang, ya, hujan debu ini mulai masuk ke dalam kereta dan menyebabkan kami agak sedikit panik. Aku pun yang baru saja bangun dari tidurku, menjadi terbawa akan keadaan ini.
“Maaf mas, sebenarnya ada apa ini?”,Tanyaku agak panik.
“Gunung merapi baru saja meletus mas”, Tegasnya.
Inalillahi waina ilaihi rojiun”. Sentak aku pun teringat akan wanita separuh baya tadi, aku mencarinya ke sudut-sudut gerbong, ternyata ia telah turun di stasiun yang ia tuju, kuperkirakan jarak antara meletusnya merapi dan kepergian wanita itu tidak terlalu lama.
“Semoga ia dalam perlindunganmu ya Allah, ia wanita yang baik” harapku kepada sang khalik, karena hanya kepadanyalah tempatku bersandar, dan memohon pertolongan. Untuk beberapa saat kami masih dalam keadaan tegang sampai salah seorang petugas kereta memberikan informasi yang membuat kami sedikit bernafas lega.
“Pengumuman kepada seluruh penumpang, kita sudah berada dalam zona aman, diharapkan kepada seluruhnya agar tetap dalam keadaan tenang dan  jangan sampai ada keributan, karena keadaan, akan baik baik saja,” Tegasnya. Sontak para penumpang yang tadinya berdiri, perlahan kembali ke tempat duduknya semula.
“Ya Allah maafkan semua kedzaliman kami”. Aku mengingat sebuah ayat al- qur’an dalam heningku, Allah telah menjelaskan ”telah nampak kerusakan di darat maupun di laut karna disebabkan ulah tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka (manusia) merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali”. Kawan, sudah saatnya kita kembali kejalan yang lurus, jalan menuju keridhoan Allah, ini adalah suatu bukti keagungan tuhan, mari bersama kita berfikir, apa sebenarnya yang tuhan inginkan, dan satu hal yang harus diingat bahwa Allah tidak pernah menginginkan keburukan untuk hambanya.
….andi.jpegandi.jpegandi.jpeg....
Waktu menunjukan pukul 10.00 WIB, aku telah sampai di stasiun Parung Panjang Bogor, setelah aku berhenti di stasiun Tanah Abang tadi, suatu keberuntungan bagiku karna 5 menit setelah itu, kereta jurusan Parung Panjang akan segera berangkat, alhasil aku cepat sampai tujuan, setelah kusampai, sekarang ku tak lagi harus membeli karcis, bukan karna tak punya uang, namun karna aku akan menggunakan jasa angkutan umum, kumulai masuk kedalam mobil, kududuk disamping supir berperawakan buntal, berambut gimbal dan banyak bulu-bulu lebat di wajahnya, suatu ciri khas seseorang yang berasal dari medan, bah! macam mana pula ini, kubisa bertemu dengan orang yang lebih aneh dari mahkluk berjaket hitam kemarin.
“Mau kemana kau?,” Tanyanya dengan nada tinggi, dengan logat bataknya yang masih terdengar sangat kental. Kalian fikirkan sendiri bagaimana orang Medan berbicara, sama seperti si poltak raja minyak dari medan.
“Saya bang?”, Tanyaku ragu.
“Ya iyalah, siapa lagi selain kau, kau belum pernah yah dicium sama supir macam aku, hah! macam mana pula kau ini”
“Iya bang maa-maaf, saya mau ke Darunnajah”.
“Mengajar kau di sana?”.Tanyanya.
“Niatnya begitu bang, doakan saja ya bang”.
“Dari mana asal kau?”.
“Ponorogo, Jawa Timur, bang!”.
“Ooh, kau kuliah atau sudah sarjana?”.
Alhamdulillah sudah sarjana”.
“Lulusan mana?”.
“Universitas ottawa Canada, bang”.
Alah mak, aneh kali kau ini, lulusan luar negri hanya ingin mengajar di kampung seperti ini. Padahalkan, kau ini pasti bisa mengajar di sekolah anak-anak orang kaya, gaji besar di depan mata boy!”, Jawabnya.
Yang saya cari bukan uang bang, tapi kebahagiaan”.
“Maksud kau itu apa, aku ini supir tamatan SD, jadi jangan kau buat aku pusing hah, tak faham kau !”
“Jadi gini bang, sebenarnya, selama ini saya selalu mencari materi, dan saya tidak pernah merasakan kebahagiaan hakiki, saya selalu gelisah, akan tetapi akhir-akhir ini, saya mulai mengetahui, bahwa seesungguhnya kebahagian akan di dapat jika kita berhasil menggapai tujuan yang sejati”.
“Memangnya tujuan sejati itu apa menurut kau?”.
“Sekarang saya tanya abang, agama abang apa?”.
Alhamdulillah, aku islam sejak lahir!”, Jawabnya tegas.
“Bisa baca Al-quran?”.
“Nggak”.
“Gini bang, sebelum kita tahu tujuan kita, kita harus tahu dulu, sebenarnya apa yang menjadi tujuan tuhan menciptakan kita?”.
“Teruskan!”.
“Dalam al-qur’an di sebutkan bahwa tuhan itu mencictakan jin dan manusia hanya untuk menyembahnya! lagi pula jika kita terus menghindari tuhan, suatu saat nanti kita pasti menghadapnya, abang ga mau kan masuk neraka?”.
“Aku jadi takut mendengar kata-katamu tadi”, Keluhnya lemas.
“Abang jangan takut, selama abang masih bernafas, pintu ampunan selalu terbuka lebar buat  abang”.
Sekian lama kuberbicara dengannya, tak terasa gerbang bertuliskan “DARUNNAJAH” tampak dari kejauhan, tidak kurang sekitar 10 meter dari posisiku saat ini.
            “Itu bang, sudah mau sampai!”.
            “Ah kau sudah mau sampai ya, padahal aku masih ingin banyak bertanya sama kau, aku ingin menjadi manusia yang lebih baik lagi”.
            “Abang masih punya tuhan, Allah maha mendengar dan mengabulkan doa, jadi walaupun tidak ada saya, abang masih punya kemauan. Inget bang , kalau ada kemauan pasti ada jalan , inget itu bang!”.
            “Nih bang uangnya, terima kasih”. Aku mengeluarkan uang sebesar lima ribu rupiah padanya.
            “Tak usah, kau simpan saja, anggap itu shodaqoh dariku untukmu, kata-katamu lebih berharga bagiku dari pada uang lima ribu rupiah”. Jawabnya
            Hehe, aku suka gayamu bang, terimakasih ya!”.namun Diam-diam kuselipkan uang seratus ribu rupiah kedalam laci mobilnya.
            Hey!boy,boy!, ini uangmu ketinggalan!”. Teriaknya dalam jarak 5 meter dariku, aku segera berlari menjauh darinya.
            “Kau simpan saja bang, anggap itu shodaqoh dariku untukmu , keiklasanmu lebih berharga bagiku dari pada uang seratus ribu rupiah”. Jawabku, ia pun pergi dengan menunjukan jempolnya padaku, haha, hari yang sangat menyenangkan.
….andi.jpegandi.jpegandi.jpeg....
“Aku sudah tak sabar” gumamku. Akhirnya kumenginjakan kakiku di tempat yang aku tuju. Sebenarnya, kebahagianku belum sempurna, jika aku belum bertemu ustadz Jalal, karena beliaulah aku bisa seperti ini, kuingat kembali saat aku masih menjadi santri disini. Tangisan, senyuman, kemarahan, kekecewaan, cinta, putus asa, semua itu pernah kurasakan. Aku pandangi sudut demi sudut, kulihat sosok yang selama ini aku cari, lelaki berkopiah putih, memakai gamis (jubah) putih, berjanggut lebat. “Benar!, benar itu ustadz Jalal!”. Ucap batinku meyakinkan. Akhirnya kerinduan pada sosok yang penuh akan kesederhanaan dan wibawa  ini bisa terumpahkan.
Asalamualaikum ustadz!”.Teriaku.
Wa alaikum salam, siapa ya?”. Tanyanya, mungkin dia lupa denganku, karena sudah lima belas tahun aku tak ke sini.
“Saya Elang, yang dulu pernah nyantri disini”.
“Oh, kamu bocah kecil yang dulu pernah menanyaiku, tentang bagaimana menjadi seseorang yang berguna bagi agamanya, betulkan?”.
“Betul ustadz, saya orangnya”. Jawabku.
“Lalu bagaimana, kamu sudah menjadi manusia yang berguna belum?”
“Mmm, masih dalam proses ustadz, sebenarnya kedatangan saya kesini dengan tujuan untuk mengabdi pada pesantren ini, dengan harapan saya bisa menjadi orang yang berguna bagi agama, dan Allah pun ridho kepada saya, itu impian saya ustadz dan saya berharap ustadz berkenan menerima saya”.
“Oh, begitu, baiklah kamu saya terima disini”. Jawabnya, jawaban yang membuatku tertunduk lemas, langsung saja kubersujud syukur kepada ilahi rabbi, terima kasih ya Allah, alhamdulillah, perjuanganku selama ini tak sia-sia.
Hey, tapi ada syaratnya!”. Timpalnya.
“apa itu ustadz?”, jawabku agak tersentak. Aku memohon kepada Allah, semoga syarat yang diajukan mampu aku laksanakan.
“Aku punya seorang putri, ia sedang mencari pendamping hidup, kufikir kau pantas mendampinginya, itu syarat yang aku ajukan padamu, bagaimana?”.
“Baiklah, jika menurut ustadz itu yang terbaik, saya tak bisa menolaknya”.
“Baiklah secepat mungkin kita bisa membahas lebih jauh tentang masalah ini”
“Baik”
….andi.jpegandi.jpegandi.jpeg....

Sejak saat itu, aku hidup dalam impianku, kumerasakan kenikmatan yang sangat besar, sebuah hasil dari perjuangan, kesabaran, dan ketawakalanku. Aku punya istri yang cantik luar dalam, aku punya kehidupan dalam ketaatan, dan aku memiliki impian, satu hal yang harus kukatakana untuk kalian kawan dan mudah-mudahan ini  bisa menjadi inspirasi untuk hidup kalian ”JANGAN PERNAH TAKUT UNTUK BERMIMPI”
Salam sejahtera untuk kalian semua,
           


                                                                                                SANG PEJUANG MIMPI



Biodata penulis :
Nama                                                 : andi rahman                                              
Ttl                                                        :jakarta,03 mei 1993
status                                                 :siswa kelas 3 aliyah
Nama madrasah                              :MAS Darunnajah Cipining
Nomor kontak                                   :0215987855, 085711825731
Alamat email                                     :andi_18rahman@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar