Hai kawan, namaku Elang, lengkapnya Elang Nugraha Adi Putra. Dalam hidupku, ada sepenggal kata yang tak bisa aku lepaskan dan selalu melekat dalam relung jiwaku. Apa kalian tahu apa itu? Itu adalah IMPIAN.
Menurut
pandanganku, impian adalah obor yang sengaja dihadirkan Allah untuk seluruh
jiwa yang ia ciptakan. Impian mampu membakar semangat juang pada diriku, ”Kesuksesan bukan diraih
dengan angan-angan, tapi dunia ditaklukan karena perjuangan”. Itulah prinsipku
Karena
impianlah aku dapat meraih beasiswa di Universitas Ottawa, Canada. Hingga aku
bisa meraih gelar doktor di bidang pengembangan sumber daya manusia dan menjadi
seorang motivator muslim termuda di dunia. Hingga aku dapat pergi ke berbagai
Negara, melihat panorama yang indah dan bisa mengamati kebudayaan di berbagai
Negara di dunia. Semua itu bisa ku dapat karena sebuah impian. Huhf, kenikmatan
yang aku dapat, dan kini ku hidup dalam impianku.
Semua
kisah tentang mimpiku, berawal ketika aku menuntut ilmu di sebuah sekolah yang
bernama pondok pesantren Darunnajah. Kumulai bermimpi menjadi manusia seperti
nabi Muhammad SAW. Ia adalah seorang
yang paling dicintai tuhannya, menjadi orang nomor satu, dan tokoh paling berpengaruh
untuk dunia menurut Michael Heart (seorang penulis Barat). Karena
kegigihannya menegakkan kebenaran tak sedikit pun para pengikutnya setia hingga sekarang. Aku pun mulai memutar otak
bagaimana memulai langkah untuk menjadi seperti beliau. Secercah harapanku
terbuka, kuputuskan untuk menghampiri Ustadz Jalal dan menanyakannya. Beliau adalah ustadz lulusan Al-Azhar Mesir, sekaligus
pimpinan pondok ini.
Tak mau aku berlama- lama menunggu, langsung ku
datangi beliau.
“Apakah saya bisa menjadi seseorang yang berguna bagi
agama ini?”. Tanyaku
“Kamu
ingin menjadi manusia yang berguna bagi agamamu?”. Beliau balik bertanya.
“Ya!”.
“Apa
kamu bersungguh-sungguh, Nak?”.
“Ya!”.
“Apa kamu meyakini ayat-ayat Al-qur’an?”.
“Saya yakin”.
“Sebenarnya Allah telah memiliki jawaban atas
pertanyaanmu, sekarang kamu ambil wudhu lalu buka surat al-imran ayat
159”.
Karena wudhuku belum batal, Aku segera bergegas
membuka Al-qur’an, lalu kumemulai bacaanku dalam surat al-imran ayat 159 ”jika engkau telah bertekad, maka tawakallah
kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal”.
Itulah mimpi pertamaku. Dan sekarang setelah sekian
lama aku meninggalkan kampung halaman, ingin rasanya aku pulang ke Indonesia. Tahun
2010 kuputuskan untuk pergi ke rumahku, Ponorogo Jawa Timur. Namun setelah
beberapa hari di rumah, batinku mulai merasakan kerinduan kepada seseorang yang
sangat berarti dalam hidupku,. ustadz Jalal. Akhirya tak lama setelah
itu kupergi ke Madiun untuk menuju Tanah Abang dan nantinya berujung di Bogor. Tempat dimana pondokku
berada, ada kisah menarik ketika dalam perjalanku, menuju impianku.
….….
Stasiun ini
bagiku adalah satu-satunya stasiun terindah yang pernah kusinggahi, di dalamnya
tergantung rapih layar-layar tipis yang menampilkan informasi keberangkatan
kereta dan terkadang diselingi oleh iklan “cola-cola” dan senyum Asmirandalah
sebagai iconnya, hah, sangat cantik. Kursi-kursi besi
berderet dan tertata rapih, terkadang setengah isi, setengah kosong oleh
manusia-manusia yang tak pernah lelah berjuang untuk impiannya. Aku sangat
menyukai tempat ini, Sangat sempurna untuk memacu semangatku kembali.
Stasiun
Madiun Jawa Timur, yah,,, Setidaknya begitulah kabar yang kudapat tentang
stasiun ini. Dari sosok yang selama lima belas tahun terakhir menekuni
profesinya sebagai ojek sepeda motor. Menurutnya itu adalah pekerjaan
yang mulia. Karena tujuanya bukan hanya mendapatkan upah saja dari penyewanya,
akan tetapi jika di iringi dengan niat
membantu sesama manusia. Dan sekarang, apa kau tahu kawan, sosok itu ada
disampingku, berdiri dengan jaket hitam khas tukang ojeknya, sebuah
konsistensi yang membingungkan.
“Arep neng endi mas?”. Dia bertanya padaku tanpa
mengawalinya dengan basa basi, payah.
“Saya
mau ke stasiun Tanah Abang mas, abis itu ke Bogor”. Jawabku.
“Oh,
gitu toh, jenenge sopo mas?”. Lagi-lagi dengan logat Jawanya yang
sangat kental.
“Elang
mas”. Jawabku datar.
“Lho
kok seperti nama burung mas!”. Sindirnya heran.
“Iya mas,
betul itu, saya burung yang terbang tanpa mengenal rasa lelah dan terus mengejar
impiannya” Jawabku tinngi, karena bagiku namaku adalah nama yang paling bagus, yah setidaknya menurut pendapatku lah.
“Iya-iya
saya percaya koq, wong wajah situ mirip sama burung, hehe,
tadi mas bicara impian ya, mas
tau ndak, stasiun kami ini, juga di bangun dari mimpi lho mas! “
jawabnya kritis juga sangat responship, saat kuucapkan kata-kata saktiku
padanya, dari sini kumulai tertarik padanya.
“Ah
masa?, mimpi siapa mas?.
“Mimipi seluruh warga Madiun!”. jawabnya dengan
penuh rasa bangga, seperti seorang Sallesman Multilevel Marketing, yang
sedang menawarkan produk dagangannya, sangat bersemangat. Hah!!
“Ayo sekarang coba mas, tengok kesana!, ayo
cepat!”. sambil menunjukan jarinya dan kulihat ia menunjuk ke arah tugu yang
menandakan ada sebuah pabrik kereta api disana, akupun tahu itu adalah pabrik
kereta api terbesar di Asia, tepat di depan stasiun. Kutatap
tugu itu, kuarahkan seluruh pandanganku.
“Benar-benar
sebuah expresi keindahan sebuah impian”. Aku terkagum- kagum melihat
bentuk tugu yang begitu sangat mencerminkan semangat akan terwujudnya sebuah impian
bangsa dan penduduk di dalamnya.
“Itu adalah simbol impian kota ini mas”. Jawabnya.
“Ya,
saya percaya mas”. Tanggapku mengiyakan.
“Nah
sekarang mas coba menghadap kesebelah kiri, ayo cepat mas!”. Perintahnya.
Kulakukan apa yang lelaki itu perintahkan, sial, layaknya
seseorang yang terhipnotis oleh
seorang hipnoter yang sudah berpengalaman selama berpuluh-puluh tahun
lamanya, dan akhirnya kuarahkan tubuhku, namun pandanganku terhalang oleh
sesosok makhluk berjaket hitam itu. Lagi?
“Apa
yang mas lihat?”. Tanyanya.
“Saya
hanya melihat tubuh seorang lelaki tampan, berjaket hitam, berjanggut tipis, berkumis
halus, dan juga berwajah khas Jawa yang dari tadi sangat terobsesi dengan impian”.
Paparku panjang.
“Haha,,, maksud mas opo toh?”. Jawabnya
dengan diiringi gelaktawa.
“Maksudku
ya sampeyan mas!” jawabku ketus.
“Hehe,
saya terima mas pujiannya, sebenarnya saya hanya ingin membuktikan, bahwa
mimpi itu pasti jadi kenyataan mas”. Jelasnya.
“Saya
masih belum faham maksud mas”. Jawabku.
“Gini
lho mas, ada sebuah cerita, Saya punya orang tua, mimpi kedua
orang tua saya itu, ingin memiliki seorang anak laki-laki, akhirnya dengan
usaha yang keras dan diiringi ribuan doa, maka terlahirlah saya ini. Setelah
itu, orang tua saya belum juga puas, mereka juga punya impian lain mas, kepingin melihat anaknya bisa mendapat pekerjaan yang halal, dan
buktinya mas , mas bisa lihat sendiri pekerjaan saya apa sekarang, iya
toh, artinya mimpi kedua orang tua saya tercapai mas!” jelasnya.
“iya,
mas benar, sangat-sangat masuk akal” kuakui ia memang benar.
Aku mulai termenung dalam khayalku, cahaya mulai
menerangi perjalananku menuju impianku, impian yang selama ini kuperjuangkan
dengan sebuah keteguhan hati, kesabaran dan ketawakalan kepada sang ilahi
rabbi, akhirnya kubertemu dengan orang aneh itu, yang tiba-tiba menyadarkanku
akan kehadiran sebuah impian di dalam diri setiap insan. Alhamdulillah, kuyakin ini semua karena karuniamu ya
Allah, sehingga kau pertemukan aku dengan makhluk berjaket hitam itu. Hufh, sekarang
sebuah prinsip baru telah aku temukan it is, there is will, there is
way dude ,hahaha, ok Elang keep your spirit, hmm, hari kelam dalam
jiwaku yang terang.
….….
“Pengumuman-pengumuman,
untuk para penumpang kereta api executive
jurusan Tanah Abang akan segera datang dari arah timur. Harap untuk
bersiap-siap dan perhatikan keselamatan. Dan dimohon untuk menjauhi area jalur
laju kereta api, terima kasih” akhirnya ku mendengar kereta api yang selama
ini kutunggu-tunggu dan akhirnya kerata itu tiba di depan mataku. Hufss,,,
lega rasanya bisa melihat sesuatu yang telah kita nanti. Tetapi ada perasaan
yang mengganjalku sekarang, sesaat lagi kuakan berpisah dengan makhluk
aneh berjaket hitam itu, Tuhan, semoga nanti kubisa kembali bertemu denganya.
“Mas Elang, itu keretanya sudah mau berangkat, jangan melamun terus toh mas, ndak baik buat kejiwaan, hehe”. Tegurnya.
”Iya mas terima kasih”. Jawabku. Lalu tiba-tiba dari
kejauhan, ya tuhan! aku melihat seorang wanita cantik melambaikan tangannya
sambil tersenyum kearahku, tanpa ragu, kubalas dengan dengan senyum termanisku,
karena menurutku jarang wanita yang langsung melakukan hal yang seberani itu
kepada lelaki yang belum dikenalnya.
“ Mas lihat disana ada wanita cantik tersenyum ke
arah saya, suatu saat nanti saya harus mendapatkan hatinya mas”, Jawabku.
“Oh,
wanita itu, kamu suka sama dia?”.
“sepertinya
begitu mas, cinta pada pandangan pertama”, Jelasku.
”Tapi
sepertinya dia melambaikan tangannya kearah saya mas, coba mas dengar, dia memanggil
siapa?!”, jawabnya. Memang kulihat dia melambaikan tangannya ke arah kami
berdua, dan aku yakin tidak mungkin dia melambaikan tangannya ke arah makhuk
aneh berjaket hitam ini, tapi samar-samar kudengar wanita cantik itu meneriakan
sesuatu dan perasaanku sepertinya mulai tak enak seketika, namun suara itu
sudah mulai jelas.
“Ayah
aku sudah datang!”, Teriaknya.
“Iya
nak, nanti ayah kesana!”, Jawab makhluk berjaket hitam itu. Seketika itu,
aku pun lemas, tak berdaya, ternyata wanita itu adalah anak makhluk berjaket
hitam ini, unbeliveble .
”Mas
Elang saya mau mengantar anak saya pulang dulu ya, nanti tak
sampaikan salam sampeyan sama anak
saya, hehe”.
“Monggo
mas silahkan”, Jawabku malu setengah mati. gila!
“Oh
iya mas Elang, saya doakan impian mas cepat di kabulkan sama yang
maha kuasa”.
“Amien,
terima kasih ya mas, mas sudah mau menemani saya ngobrol disini,
saya senang bisa mengenal mas”. Jawabku gembira.
“Iya
sama-sama, saya juga terima kasih mas, sudah mau berkenalan dengan
seorang tukang ojek seperti saya ini”.
“Allah
tidah melihat seseorang hamba dari profesinya mas, tapi dari apa yang
ada dalam hatinya, saya harap mas bisa meraih kesuksesan hidup dan oh
iya satu lagi, tetap semangat!”.
“insya
Allah pasti mas”.
Iapun pergi meniggalkan kenangan untukku, sebuah kerja
keras, keuletan, keikhlasan dan kesabaran. kejadian ini mengingatkanku pada
kalam-Nya dalam Al-qur’an:” menyebarlah kalian di muka bumi dan carilah
sebagian dari karunia Allah,dan perbanyaklah mengingatnya agar kalian
beruntung”. Dan setelah itu ketenangan mulai merasuki batinku saat kuyakini
ayat yang berbunyi ”sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”. Kupasti
akan merindukanmu lelaki berjaket hitam, tapi, oh tuhan, aku lupa menanyakan
namanya, bodoh !”.
….....
Sahabat,
hujan mengiringi kepergianku meninggalkan stasiun yang penuh kenangan ini. Aku
bertemu dengan mahluk berjaket hitam yang sangat bersahabat, kemudian kubertemu
wanita yang bisa menggetarkan hatiku dengan senyumnya, dan matanya, matanya
seakan memancarkan gelombang cinta yang begitu dalam, sehingga jiwaku lemas karenaya,
aku sempat berfikir, jika aku sorang penulis seperti Andrea Hirata mungkin
bukan “laskar pelangi” yang aku buat saat ini, akan tetapi kuakan
membuat sebuah buku berjudul “kulihat cinta di matamu” atau mungkin ” bidadari
stasiun kereta” atau bahkan “cinta tak memilihku” atau yang lebih
parah lagi “makhluk aneh berjaket hitam”. Hiii, malah lebih mirip cerita
horror ketimbang cerita cinta,whatever you are.
Sifat
kemanusiawianku akhirnya keluar, rasa lelah yang selama ini ku tahan, tak bisa
terelakan, angin berhembus lembut, cuaca sejuk menyelimuti, seakan-akan suasana
sangat mendukungku untuk mengistirahatkan sejenak raga ini. Kupejamkan kedua
bola mataku, kusandarkan kepalaku, kupanjatkan doa kepada sang pencipta , selamat
tidur kawan, semoga kau bisa memimpikan impianmu, ya Allah lindungilah aku
dalam lelapku.
….....
Gemercik
hujan dilangit Semarang, yang menyelinap masuk melalui sudut jendela kereta
yang terbuka, dan kini telah membangunkanku. Kugerakan tubuhku, kuusap kaca
jendela yang tertutupi oleh embun hujan dan subhanallah, mulai kulihat
pesona keindahan alam, di daratan sang garuda, waktu menunjukan pukul lima
belas tiga puluh waktu setempat, saat yang tepat untuk melihat keindahan
pesona nusantara, akan tetapi khayalku berujung pada sebuah pertanyaan, sampai
kapan semua ini kan bertahan?. Mungkin seratus tahun yang akan datang
pegunungan itu sudah tidak berwarna hijau lagi, berubah coklat, karena pohon
yang mereka miliki telah habis di rusak oleh makhuk bernama MANUSIA, mungkin
sawah yang saat ini kulihat, akan menjadi sebuah real estate para
kalangan elite yang tak pernah puas menimba kekayaan, atau bahkan
situasi ini hanya akan bertahan selama dua tahun kedepan, karena menurut isue
saat ini kiamat terjadi pada tahun “dua ribu dua belas” nanti, tapi pada
hakikatnya kiamat bisa saja terjadi lebih cepat karena semua itu adalah
kekuasaannya, karena Allah telah berfirman”kun fayakun” ketika Allah berkehendak , tak ada yang
bisa mengelak, kita memang tak bisa mengingkari bahwasanya seluarbiasa apapun
seorang manusia, tetap saja manusia lemah dihadapan tuhannya.
Allah
hu akbar Allah hu akbar, alarm di ponselku berbunyi, menandakan sebuah
peringatan bahwa saat ini, telah masuk waktu shalat Ashar, waktu yang sangat kurindukan,
saat dimana aku akan mengadu kepada dzat yang menciptakan ku, yang
mengabulkan setiap doaku, dan selalu mengasihiku. Kubergegas menuju toilet
yang di sediakan kereta, biasanya berada di ujung setiap gerbong, kuputar
keran, dan mulai kubasuh kedua tanganku hingga sampailah pada rukun wudhu
terakhir yaitu kedua kakiku. Aku kembali ke tempat duduk yang telah beberapa
saat kutinggalkan, dan ternyata ada seorang wanita separuh baya duduk mengisi
bangku yang kosong di sebelah tempat duduku, hmm apa akan ada sejarah
baru dalam kehidupanku, karena pertemuanku dengan wanita separuh baya ini?, dan
akhirnya kembali kulangkahkan kakiku setelah beberapa saat terhenti.
“Permisi
bu,”.
“Silahkan
mas, mas hendak shalat ya?”.
“Iya
bu, itu sudah menjadi kewajiban saya”.
“Oh
ya sudah kalau begitu, ibu juga mau shalat, kamu jadi imam ibu ya?!”.
“Oh,
ya sudah, mari bu!”.
Baru pertama kali, aku menjadi imam di sebuah kereta, hah,
pengalaman yang unik, aku melaksanakan shalat dengan sekhusuk mungkin, karna
aku tak ingin shalatku hanya lewat begitu saja tanpa berpengaruh pada
keimananku, seusai shalat wanita separuh baya itu mulai mengarahkan
pandangannya ke arahku.
“Hendak
pergi kemana bu?”.
“Saya
dari Surabaya mau ke Jogja mas, niatnya mau melihat cucu saya, soalnya
menantu saya baru saja melahirkan.”.
“Wah
, selamat ya bu”.
“Iya terimakasih
mas, saya sudah lama bermimpi dapat mengendong seorang cucu sebelum saya
meninggal, Alhamdulillah kanjeng
gusti mengabulkan doa saya mas”.
“Iya
bu, Allah pasti mengabulkan setiap doa hambanya”.
“Benara
mas, kalau boleh tahu mas mau kemana toh?”.
“Oh
saya sedang menuju impian saya bu!”, Jawabku tersenyum.
“Ih,
si mas bisa saja, memang impian mas apa?, biar saya bantu
mendoakan, supaya cepat terkabul!”.
“sebenarnya,
saya ingin mengabdikan diri saya pada pesantren, dimana dulu saya menimba ilmu,
tempat dimana saya di besarkan, tempat dimana pertama kali saya mengenal impian
bu, itu impian tertinggi saya, yang
ingin saya capai sebelum saya menghadap tuhan”.
“Subhanallah,
saya ndak menyangka lho mas, masih ada orang di zaman sekarang,
yang masih punya impian semulia itu, tapi pasti rintangannya berat biasanya!”.
“
pasti bu, itu resiko yang harus saya jalani, dan saya yakin keputusan apapun
yang saya pilih pasti harus butuh pengorbanan, perjuangan, dan kesabaran dalam menjalaninya ”.
“Iya
mas harus tetap semangat yo ,jangan
sampai putus di tengah jalan”. Harapnya.
“minta
doanya saja bu!”.
“iya ibu
doakan, pasti ibu doakan kok ndok, oh
iya bu lupa, mas jenenge sopo toh? dari tadi ngobrol tapi belum
tahu nama,hehe”.
“Nama
saya Elang bu, Elang Nugraha Adi Putra, ibu sendiri?”.
“Namaku,
ibu Sulastri mas Elang”.
“Namanya
cantik, secantik yang punya nama!”.
“Mas
Elang Ibu sudah tua , sudah tak pantas lagi digodain sama kamu haha”.
“Ibu
bisa saja”.
“ Ya
sudah kamu istirahat lagi saja sana!, ibu mau jalan-jalan dulu sebentar, pusing
kalau terlalu lama duduk, maklum sudah tua “.
“iya
bu monggo silahken”. semoga kita bisa
bertemu lagi, bu sulastri, sekalipun hanya dalam mimpiku.
….....
Malam menyelimuti langit sang garuda, mata tajamnya
tetap memandang kearah matahari terbenam, kepalanya masih condong pada
kebenaran, sayapnya tetap kokoh tak tergoyahkan, tapi sang garuda kini mulai
menangis dalam kesendirianya, menagisi tanah yang dibelanya. Dulu orang-orang
selalu mengagungkan sosoknya, tapi sekarang tidak sedikit yang hanya
menjadikannya sebuah pajangan, air mata sang garuda pun kian tak kuasa meratapi
tanah yang dibelanya, keadaan negeri ini sangat tragis, belum selesai masalah
kemiskinan dan kebodohan yang tak terselesaikan, sekarang harus menghadapi berbagai
musibah, apakah mungkin kita kurang bersyukur?!, atau mungkin alam sudah enggan
bersahabat dengan kita?!. Detik ini, dan saat ini, aku bersama para penumpang
lainnya dikejutkan oleh hujan aneh yang menyelimuti langit Jogja dan Magelang, ya,
hujan debu ini mulai masuk ke dalam kereta dan menyebabkan kami agak sedikit
panik. Aku pun yang baru saja bangun dari tidurku, menjadi terbawa akan keadaan
ini.
“Maaf mas, sebenarnya ada apa ini?”,Tanyaku
agak panik.
“Gunung merapi baru saja meletus mas”, Tegasnya.
“Inalillahi waina ilaihi rojiun”. Sentak aku
pun teringat akan wanita separuh baya tadi, aku mencarinya ke sudut-sudut
gerbong, ternyata ia telah turun di stasiun yang ia tuju, kuperkirakan jarak
antara meletusnya merapi dan kepergian wanita itu tidak terlalu lama.
“Semoga ia dalam perlindunganmu ya Allah, ia wanita
yang baik” harapku kepada sang khalik, karena hanya kepadanyalah
tempatku bersandar, dan memohon pertolongan. Untuk beberapa saat kami masih
dalam keadaan tegang sampai salah seorang petugas kereta memberikan informasi
yang membuat kami sedikit bernafas lega.
“Pengumuman kepada seluruh penumpang, kita sudah
berada dalam zona aman, diharapkan kepada seluruhnya agar tetap dalam
keadaan tenang dan jangan sampai ada
keributan, karena keadaan, akan baik baik saja,” Tegasnya. Sontak para
penumpang yang tadinya berdiri, perlahan kembali ke tempat duduknya semula.
“Ya Allah maafkan semua kedzaliman kami”. Aku
mengingat sebuah ayat al- qur’an dalam heningku, Allah telah menjelaskan ”telah
nampak kerusakan di darat maupun di laut karna disebabkan ulah tangan manusia, Allah
menghendaki agar mereka (manusia) merasakan sebagian dari akibat perbuatan
mereka, agar mereka kembali”. Kawan, sudah saatnya kita kembali kejalan
yang lurus, jalan menuju keridhoan Allah, ini adalah suatu bukti keagungan
tuhan, mari bersama kita berfikir, apa sebenarnya yang tuhan inginkan, dan satu
hal yang harus diingat bahwa Allah tidak pernah menginginkan keburukan untuk
hambanya.
….....
Waktu menunjukan pukul 10.00 WIB, aku telah sampai di
stasiun Parung Panjang Bogor, setelah aku berhenti di stasiun Tanah Abang tadi,
suatu keberuntungan bagiku karna 5 menit setelah itu, kereta jurusan Parung Panjang
akan segera berangkat, alhasil aku cepat sampai tujuan, setelah kusampai,
sekarang ku tak lagi harus membeli karcis, bukan karna tak punya uang, namun karna
aku akan menggunakan jasa angkutan umum, kumulai masuk kedalam mobil, kududuk
disamping supir berperawakan buntal, berambut gimbal dan banyak bulu-bulu lebat
di wajahnya, suatu ciri khas seseorang yang berasal dari medan, bah! macam
mana pula ini, kubisa bertemu dengan orang yang lebih aneh dari mahkluk berjaket
hitam kemarin.
“Mau kemana kau?,” Tanyanya dengan nada tinggi, dengan
logat bataknya yang masih terdengar sangat kental. Kalian fikirkan sendiri
bagaimana orang Medan berbicara, sama seperti si poltak raja minyak dari
medan.
“Saya bang?”, Tanyaku ragu.
“Ya iyalah, siapa lagi selain kau, kau belum pernah yah
dicium sama supir macam aku, hah! macam mana pula kau ini”
“Iya
bang maa-maaf, saya mau ke Darunnajah”.
“Mengajar
kau di sana?”.Tanyanya.
“Niatnya
begitu bang, doakan saja ya bang”.
“Dari mana asal kau?”.
“Ponorogo, Jawa Timur, bang!”.
“Ooh, kau kuliah atau sudah sarjana?”.
“Alhamdulillah sudah sarjana”.
“Lulusan mana?”.
“Universitas ottawa Canada, bang”.
“Alah mak, aneh kali kau ini, lulusan
luar negri hanya ingin mengajar di kampung seperti ini. Padahalkan, kau ini
pasti bisa mengajar di sekolah anak-anak orang kaya, gaji besar di depan mata boy!”,
Jawabnya.
“Yang
saya cari bukan uang bang, tapi kebahagiaan”.
“Maksud
kau itu apa, aku ini supir tamatan SD, jadi jangan kau buat aku pusing hah, tak
faham kau !”
“Jadi
gini bang, sebenarnya, selama ini saya selalu mencari materi, dan saya tidak
pernah merasakan kebahagiaan hakiki, saya selalu gelisah, akan tetapi
akhir-akhir ini, saya mulai mengetahui, bahwa seesungguhnya kebahagian akan di
dapat jika kita berhasil menggapai tujuan yang sejati”.
“Memangnya tujuan sejati itu apa menurut kau?”.
“Sekarang saya tanya abang, agama abang apa?”.
“Alhamdulillah, aku islam sejak lahir!”, Jawabnya
tegas.
“Bisa baca Al-quran?”.
“Nggak”.
“Gini bang, sebelum kita tahu tujuan kita, kita harus
tahu dulu, sebenarnya apa yang menjadi tujuan tuhan menciptakan kita?”.
“Teruskan!”.
“Dalam al-qur’an di sebutkan bahwa tuhan itu
mencictakan jin dan manusia hanya untuk menyembahnya! lagi pula jika kita terus
menghindari tuhan, suatu saat nanti kita pasti menghadapnya, abang ga mau kan
masuk neraka?”.
“Aku jadi takut mendengar kata-katamu tadi”, Keluhnya
lemas.
“Abang jangan takut, selama abang masih bernafas,
pintu ampunan selalu terbuka lebar buat abang”.
Sekian lama kuberbicara dengannya, tak terasa gerbang
bertuliskan “DARUNNAJAH” tampak dari kejauhan, tidak kurang sekitar 10 meter
dari posisiku saat ini.
“Itu
bang, sudah mau sampai!”.
“Ah kau sudah mau sampai ya, padahal aku masih ingin
banyak bertanya sama kau, aku ingin menjadi manusia yang lebih baik lagi”.
“Abang masih punya tuhan, Allah maha mendengar dan
mengabulkan doa, jadi walaupun tidak ada saya, abang masih punya kemauan. Inget
bang , kalau ada kemauan pasti ada jalan , inget itu bang!”.
“Nih bang uangnya, terima kasih”. Aku mengeluarkan uang
sebesar lima ribu rupiah padanya.
“Tak usah, kau simpan saja, anggap itu shodaqoh dariku
untukmu, kata-katamu lebih berharga bagiku dari pada uang lima ribu rupiah”.
Jawabnya
“Hehe, aku suka gayamu bang, terimakasih ya!”.namun
Diam-diam kuselipkan uang seratus ribu rupiah kedalam laci
mobilnya.
“Hey!boy,boy!, ini uangmu ketinggalan!”. Teriaknya
dalam jarak 5 meter dariku, aku segera berlari menjauh darinya.
“Kau simpan saja bang, anggap itu shodaqoh dariku
untukmu , keiklasanmu lebih berharga bagiku dari pada uang seratus ribu rupiah”.
Jawabku, ia pun pergi dengan menunjukan jempolnya padaku, haha, hari
yang sangat menyenangkan.
….....
“Aku
sudah tak sabar” gumamku. Akhirnya kumenginjakan kakiku di tempat yang aku tuju.
Sebenarnya, kebahagianku belum sempurna, jika aku belum bertemu ustadz
Jalal, karena beliaulah aku bisa seperti ini, kuingat kembali saat aku masih
menjadi santri disini. Tangisan, senyuman, kemarahan, kekecewaan, cinta, putus
asa, semua itu pernah kurasakan. Aku pandangi sudut demi sudut, kulihat sosok
yang selama ini aku cari, lelaki berkopiah putih, memakai gamis (jubah) putih,
berjanggut lebat. “Benar!, benar itu ustadz Jalal!”. Ucap batinku
meyakinkan. Akhirnya kerinduan pada sosok yang penuh akan kesederhanaan dan
wibawa ini bisa terumpahkan.
“Asalamualaikum
ustadz!”.Teriaku.
“Wa
alaikum salam, siapa ya?”. Tanyanya, mungkin dia lupa denganku, karena
sudah lima belas tahun aku tak ke sini.
“Saya Elang, yang dulu pernah nyantri disini”.
“Oh, kamu bocah kecil yang dulu pernah menanyaiku,
tentang bagaimana menjadi seseorang yang berguna bagi agamanya, betulkan?”.
“Betul ustadz, saya orangnya”. Jawabku.
“Lalu bagaimana, kamu sudah menjadi manusia yang
berguna belum?”
“Mmm, masih dalam proses ustadz, sebenarnya
kedatangan saya kesini dengan tujuan untuk mengabdi pada pesantren ini, dengan
harapan saya bisa menjadi orang yang berguna bagi agama, dan Allah pun ridho kepada
saya, itu impian saya ustadz dan saya berharap ustadz berkenan menerima
saya”.
“Oh, begitu, baiklah kamu saya terima disini”. Jawabnya,
jawaban yang membuatku tertunduk lemas, langsung saja kubersujud syukur kepada ilahi
rabbi, terima kasih ya Allah, alhamdulillah, perjuanganku selama ini tak
sia-sia.
“Hey, tapi ada syaratnya!”. Timpalnya.
“apa itu ustadz?”, jawabku agak tersentak. Aku
memohon kepada Allah, semoga syarat yang diajukan mampu aku laksanakan.
“Aku punya seorang putri, ia sedang mencari pendamping
hidup, kufikir kau pantas mendampinginya, itu syarat yang aku ajukan padamu,
bagaimana?”.
“Baiklah, jika menurut ustadz itu yang terbaik, saya tak bisa menolaknya”.
“Baiklah secepat mungkin kita bisa membahas lebih jauh
tentang masalah ini”
“Baik”
….....
Sejak saat itu, aku hidup dalam impianku, kumerasakan
kenikmatan yang sangat besar, sebuah hasil dari perjuangan, kesabaran, dan
ketawakalanku. Aku punya istri yang cantik luar dalam, aku punya kehidupan dalam
ketaatan, dan aku memiliki impian, satu hal yang harus kukatakana untuk kalian kawan
dan mudah-mudahan ini bisa menjadi
inspirasi untuk hidup kalian ”JANGAN PERNAH TAKUT UNTUK BERMIMPI”
Salam sejahtera untuk kalian
semua,
SANG
PEJUANG MIMPI
Biodata penulis :
Nama :
andi rahman
Ttl :jakarta,03 mei 1993
status :siswa
kelas 3 aliyah
Nama madrasah :MAS Darunnajah Cipining
Nomor kontak :0215987855, 085711825731
Alamat email :andi_18rahman@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar